Selasa, 08 Februari 2011

Psikologi Pendidikan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Psikologi Pendidikan adalah Cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan.

UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu :
1. Learning to know
    Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-cara untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bekal ilmu pengetahuan .
2. Learning to do
    Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melakukan sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan.
3. Learning to live together
    Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama manusia .
4. Learning to be
    Laerning to be , yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk mengembangkan diri.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasai dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Tantangan Riset
Riset dibidang psikologi pendidikan menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu dari tantangan itu adalah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Tantangan lainnya adalah soal efek dari riset terhadap partisipan dan bagaimana memahami secara lebih baik informasi yang berasal dari studi-studi riset.
Etika. Ahli psikologi pendidikan harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan keamanan anak yang berpartisipasi dalam studi riset. Banyak sistem sekolah dan perguruan tinggi punya dewan pengawas yang mengevaluasi apakah riset yang dilakukan di sana etis atau tidak. Sebelum riset dilakukan di sekolah, seorang administrator atau komite administratif akan mengevaluasi rencana risetnya dan menentukan apakah riset itu bermanfaat bagi sekolah atau tidak.
Gender. Biasanya sains dikatakan sebagai ilmu yang netral (nonbiased) dan bebas nilai. Namun, banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikan dan riset mengandung bias gender (Worell, 2001).

Etnis dan Kultur. Periset juga cenderung mempraktikkan ethnic glosss ketika mereka memilih dan mendeskripsikan kelompok etnis minoritas(Trimble, 1989). Secara historis, ketika peneliti mempelajari individu dari kelompok etnik minoritas, mereka memfokuskan pada problemnya.

Pembahasan
Mengapa periset pendidikan menyatakan bahwa sudah lama perempuan diposisikan dibawah lelaki(Tetreault, 1997)??
Pendapat saya tentang ini .....
Bias gender sepertinya mempengaruhi desain riset atau pemilihan teori, pertanyaan dan hipotesis,seperti yang dikatakan Kohlberg tentang teori perkembangan moral,diajukan oleh seorang pria yang tinggal di dalam masyarakat yang didominasi oleh laki-laki, dan selama bertahun tahun pria adalah partisipasi utama dalam riset yang dilakukan untuk mendukung teori tersebut. Jadi, generalisasi tentang perkembangan moral didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari pria dan mungkin informasi ini tidak untuk perempuan .

John W. Santrock

Tidak ada komentar:

Posting Komentar